Langsung ke konten utama

Selamat Jalan Embah Sahal Mahfudz

Fajar terasa sangat panjang. Dingin meyelimuti pagi ini, sangat terasa sampai tulang. Hujan sejak dini hari tadi terus mengguyur berbagai daerah di Tanah Air. Awan putih memudar menjadi hitam pekat merata. Matahari seolah enggan menampakkan sinarnya, menghilang tak berbekas. Tanah-tanah basah merata sampai tiap-tiap sudut rumah, tanpa ada celah kosong untuk semut-semut bersembunyi. Tumbuh-tumbuhan menyerah air terlalu berlebihan, banyak beberapa bunga yang layu membusuk, yang lain masih segar mempesona.
Hari ini Ibu Pertiwi menangis. Kehilangan (lagi) satu Putera Bangsanya. Ribuan malaikat turun ke Bumi menyambut kepergian Pahlawan Bangsa tersebut. KH. Sahal Mahfudz, tokoh kharismatik Nahdlatul Ulama yang dikenal santun dan ramah tersebut telah berpulang, wafat dengan tenang dini hari tadi 24/01/2014. Almarhum yang lazim disapa Embah tersebut adalah salahsatu panutan bagi keluarga besar NU.
Indonesia kehilangan Fuqoha terbaiknya, ribuan doa per detik terus ikut mengiringi kepergiannya. Entah kepada siapa lagi kita meminta nasihat? Karena memang beliau adalah panutan bagi kita semua. Fiqih siyasah dan fiqih lingkungan menjadi saksi keteladanan beliau. Tetesan air mata yang tercampur dengan rintik hujan sudah tak bisa tertahan lagi, keran air mata sudah kering. Ribuan santri terus membacakan doa untuknya. Mulut terkunci tak dapat mengatakan apa-apa lagi. "Embah, sesungguhnya kepergianmu kurang tepat, kita masih butuh wejangan nasihatmu, kita masih belum cukup dewasa ditinggal oleh seseorang yang bijak sepertimu, entah apa yang terjadi jika kita melanjutkan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya tanpa kehadiranmu".

Selamat Jalan Embah Sahal Mahfudz, semoga tenang di Surga-Nya.

Asep Rizky Padhilah
Cirebon, 24 Januari 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Menggapai Impian

R esensi B uku M enggapai I mpian Oleh: Asep Rizky Padhilah A.     IDENTITAS BUKU       a.        Judul buku                  : Menggapai Impian.       b.       Penulis                         : Masriyah Amva.       c.        Penerbit                       : Kompas.       d.       Cetakan                       : September 2010.       e.        Tebal Halaman            : 288 halaman.       f.        Jenis cover                   : Soft cover.       g.       Dimensi (PxL)             : 140x210mm.       h.       Kategori                      : Islam.        i.         Teks bahasa                 : Indonesia. B.      Biografi Pengarang. HJ. MASRIYAH AMVA, lahir pada 13 Oktober 1961 di sebuah kampong pesantren di Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Semasa kecil ia dididik langsung oleh ayah-ibunya, KH. Amrin Hannan dan Hj. Fariatul’Aini yang sehari-hari menjadi pengasuh utama pesantren mereka. Kedua kakeknya, K.H. Amin dan K.H.

Pengamatan di Keraton Kacirebonan

PEMBAHASAN A.     Sejarah Keraton Kacirebonan. Keraton Kacirebonan menurut sumber catatan sejarah Keraton, didirikan oleh Pangeran Raja Kanoman pada tanggal 13 Maret 1808. Pangeran Raja Kanoman adalah seorang putera dari Sultan Kanoman ke IV yang bergelar Amirul Mu’minin Sultan Muhammad Khairuddin.   Pernikahan Pengeran Raja Kanoman dengan permaisurinya yang bernama Ratu Sultan Gusti Lasminingpuri mempunyai seorang putera yang bernama Pangeran Raja Hidayat beserta keturunannya meneruskan tradisi Keraton Kacirebonan secara turun temurun sampai sekarang. Pada tahun 2008 Keraton Kacirebonan genap berusia 200 (Dua ratus) tahun. Berdirinya Keraton Kacirebonan berawal dari perlwanan Pangeran Raja Kanoman terhadap Penjajah Belanda, sehingga beliau di buang ke Ambon dan kehilangan hak-haknya sebagai seorang putera sultan. Di buangnya Pangeran Raja Kanoman ke Ambon ternyata tidak menyurutkan api perlawanan para pengikut setianya di Cirebon, yang menuntut di pulangkannya kembali Pangeran Raja

Gadis Kerudung Putih

Gadis Kerudung Putih Oleh : Asep Rizky Padhilah Ilustrasi Baju putih garis-garis dan jilbab putih yang ia pakai selalu mengingatkanku kepadanya, begitu menawan dan anggun ^,^. Dan kerudung coklat menutupi rambutnya yang membuatku pantang tuk melupakannya ketika ia pertama kalinya menjengukku ketika ku sakit dalam kesendirian dirumah. Ia lah wanita pertama yang kuberi sebuah penghargaan terbesar dalam hidupku. :) Sungguh begitu nyaman ku didekatnya, saat itu ku duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya senyuman kecil yang ia layangkan. Senyuman itulah yang selalu ku ingat. Sungguh tiada duanya, bagaikan suatu keindahan dunia yang menakjubkan. :). Saat itu ibaratkan rasa sakit yang kurasakan telah terobati oleh seorang suster cantik yang turun dari langit ke tujuh. Apalagi ketika ku tertidur dipangkuannya. Ingin rasanya ku mengulang kejadian itu. Aku merasakan suatu percikan kecil yang aneh dalam diriku, yang membuat hatiku berdetak tidak seperti biasanya. Kuketahu