Langsung ke konten utama

Pengamatan di Keraton Kacirebonan

PEMBAHASAN
A.    Sejarah Keraton Kacirebonan.
Keraton Kacirebonan menurut sumber catatan sejarah Keraton, didirikan oleh Pangeran Raja Kanoman pada tanggal 13 Maret 1808. Pangeran Raja Kanoman adalah seorang putera dari Sultan Kanoman ke IV yang bergelar Amirul Mu’minin Sultan Muhammad Khairuddin.
 Pernikahan Pengeran Raja Kanoman dengan permaisurinya yang bernama Ratu Sultan Gusti Lasminingpuri mempunyai seorang putera yang bernama Pangeran Raja Hidayat beserta keturunannya meneruskan tradisi Keraton Kacirebonan secara turun temurun sampai sekarang. Pada tahun 2008 Keraton Kacirebonan genap berusia 200 (Dua ratus) tahun.
Berdirinya Keraton Kacirebonan berawal dari perlwanan Pangeran Raja Kanoman terhadap Penjajah Belanda, sehingga beliau di buang ke Ambon dan kehilangan hak-haknya sebagai seorang putera sultan. Di buangnya Pangeran Raja Kanoman ke Ambon ternyata tidak menyurutkan api perlawanan para pengikut setianya di Cirebon, yang menuntut di pulangkannya kembali Pangeran Raja Kanoman ke Cirebon.
Ahirnya Belanda terpaksa memulangkan kembali Pangeran Raja Kanoman ke Cirebon, dan memulihkan hak-haknya sebagai putra sultan dengan membentuk kesultanan baru yaitu Kasultanan Kacirebonan. Pada tanggal 25 Maret 1808 Pangeran Raja Kanoman di kukuhkan sebagai sultan dengan gelar Sultan Carbon Amirul Mu’minin Muhammad Khairuddin (1808-1814). Kini Keraton Kecirebonan  di pimpin oleh Sultan Abdul Ghani Natadiningrat SE sejak tahun 1997 sampai dengan sekarang.

B.     Baluarti Keraton Kacirebonan.
Fisik bangunan komplek Keraton Kacirebonan di bangun tahun 1814 dengan perpaduan arsitektur tradisional dan colonial di kelilingi tembok setinggi dua setengah meter yang terdiri dari :
1.      Alun-alun keraton.
2.      Gerbang Agung, pintu gerbang utama keratin.
3.      Paseban Wetan dan Paseban Kulon, sebagai pos jaga keratin dan sebagai penerima tamu untuk kunjungan ke Keraton.
4.      Gerbang Selamatangkep, gerbang keratin bagian dalam.
5.      Dua Pintu Kliningan terletak di sebelah kanan dan kiri gerbang Selamatangkep, berfungsi sebagai pitu keluar masuk menuju angunan utama keratin.
6.      Prabayaksa, berfungsi sebagai tempat utama pelaksanaan tradisi keratin dan penyambutan tamu kehormatan.
7.      Kamar jimat, tempat panyimpanan Tujuh Piring Panjang dan pasaka (properti) tradisi Panjang Jimat.
8.      Kamar Kitab (ruang pustaka) sebagai perpustakaan keratin.
9.      Pringgawati, tempat tinggal Garwa Dalem (Istri Sutan).
10.  Kaputran dan Kaputren, tempat tinggal putra-putri sultan.
11.  Gedung Pusaka (Museum Alit) tempat penyimpanan koleksi benda-benda pusaka keratin.
12.  Gedung Ijo tempat pesanggrahan abdi dalem dan dapur Mulud.
13.  Langgar Keramat (Langgar Keraton), tempat sholat berjamaah di ligkungan keratin terletak di luar tembok keratin.
14.  Gedung Pangeran Patihan terletak di luar tembok keraton.

C.     Tradisi dan Kegiatan Adat
Di Keraton Kacirebonan masih dilakukan berbagai Tradisi dan Kegiatan Adat, diantaranya sebagai berikut :
1.Suraan, Peringatan tahun baru Islam (1 Muharram), dan syukuran bubur Sura (10 Muharram).
2.Syafaran, Syukuran Tradisi Apeman.
3.Muludan, memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
4.Rajaban, pembacaan Kitab Isra Mi’raj (27 Rajab).
5.Rowahan, pembacaan Kitab Nifsu Sya’ban.
6.Romadonan, melaksanakan ibadah Puasa, Shalat Tarawih, Tadarusan, dan Likuran (Itikaf).
7.Grebeg Syawal, melakukan puasa sunnah Syawal dan berjiarah bersama sultan Kanoman ke Astana Gunung Sembung tempat pemakaman sultan-sultan Cirebon.
8.Rayagungan, melakukan sholat Idul Adha bersama di langgar Keramat dan memotong hewan kurban beserta para family dan abdi dalem.
9.Kliwonan, berdzikir bersama di malam jumat kliwon setiap bulan.
Puncak penyelenggaraan tradisi terjadi di bulan Maulid atau di kenal dengan tradisi “Panjang Jimat” dilaksanakan pada 12 Rabiul awwal tahun Hijriyah. Dalam acara ini masyarakat berkunjung ke keratin untuk melaksanakan tradisi tersebut dan bersilahturahmi dengan Sultan.

D.    Gedung Pusaka Keraton Kacirebonan.
Gedung Pusaka (Museum Alit) Keraton Kacirebonan adalah bangunan baru tempat penyimpanan koleksi benda-benda pusaka yang erat kaitannya dengan sejarah eksistensi Kasultanan Kacirebonan dan perkembangan Cirebon. Gedung ini di bangun pada tahun 2007. Di dalam gedung pusaka keratin Kacirebonan tersimpan koleksi benda-benda sebagai berikut :
1.      1 Set Gamelan Laras Degung.
2.      1 Set Gamelan Laras Pelog.
3.      2 Set Kotak Wayang kuno beserta perlengkapan lainnya.
4.      Kain batik kuno keratin.
5.      Koleksi Topeng Cirebon.
6.      Manuskrip AlQur’an kuno.
7.      Koleksi perangko lama.
8.      Koleksi foto-foto sejarah.
9.      Peraatan keramik kuno.
10.  Koleksi senjata pusaka Keraton Kacirebonan seperti tombak, pedang, dan lain sebagainya.
11.  Koleksi ukiran dan lukisan kaca.

PENUTUP
A.    Kesilmpulan.
Setelah kami melakukan observasi ke Keraton Kacirebonan, kami mendapatkan berbagai pengetahuan, di antaranya sejarah, bangunan, kegiatan dan silsilah yang ada di keraton Kacirebonan. Keraton Kacirebonan menurut sumber catatan sejarah Keraton, didirikan oleh Pangeran Raja Kanoman pada tanggal 13 Maret 1808. Pangeran Raja Kanoman adalah seorang putera dari Sultan Kanoman ke IV yang bergelar Amirul Mu’minin Sultan Muhammad Khairuddin. Berdirinya Keraton Kacirebonan berawal dari perlwanan Pangeran Raja Kanoman terhadap Penjajah Belanda, sehingga beliau di buang ke Ambon dan kehilangan hak-haknya sebagai seorang putera sultan. Di buangnya Pangeran Raja Kanoman ke Ambon ternyata tidak menyurutkan api perlawanan para pengikut setianya di Cirebon, yang menuntut di pulangkannya kembali Pangeran Raja Kanoman ke Cirebon. Ahirnya Belanda terpaksa memulangkan kembali Pangeran Raja Kanoman ke Cirebon, dan memulihkan hak-haknya sebagai putra sultan dengan membentuk kesultanan baru yaitu Kasultanan Kacirebonan. Pada tanggal 25 Maret 1808 Pangeran Raja Kanoman di kukuhkan sebagai sultan dengan gelar Sultan Carbon Amirul Mu’minin Muhammad Khairuddin (1808-1814). Kini Keraton Kecirebonan  di pimpin oleh Sultan Abdul Ghani Natadiningrat SE sejak tahun 1997 sampai dengan sekarang.
Kemudian selain itu ada pula bangunan –bangunan fisik yang masih di pakai diantaranya : Alun-alun, Gerbang Agung, Paseban, Prabayaksa, Kamar Jimat, Kamar Kitab, Gedung Ijo, dan lain sebaginya.
Di keraton Kacirebonan memiliki tradisi dan kegiatan adat yang masih dilakukan diantaranya : ada Suraan, Syafaran, Muludan, Rowahan, Romadonan, dan lain-lain. Namun, puncak penyelenggaraan tradisi terjadi pada acara Panjang Jimat pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Hijriyah.
Selain itu kami juga mengetahui tentang Gedung Pusaka Keraton, yakni tempat untuk penyimpanan koleksi benda-benda pusaka yang erat kaitannya dengan sejarah eksistensi Kasultanan.
Silsilah kasultanan Keraton Kacirebonan berawal dari Sunan Gunung Jati dan kemudian turun temurun, dan kini sultan Kacirebonan di pimpin oleh Pangeran Abdul Ghani Natadiningrat SE.
B.     Saran-saran.
Berdasarkan hasil dan kesimpulan maka dapat di ajukan saran-saran penelitian sebagai berikut :
1.      Pihak keraton untuk lebih memperhatikan adanya hubungan antara keluarga keraton dan warga sekitar, jangan hanya pada acara “panjang Jimat” saja. Agar antara pihak keraton dan warga sekitar adanya kekeluargaan yang erat.
2.      Pihak keraton diharapkan dapat meningkatkan warisan-warisan kebudayaan, agar kebudayaan keraton tidak hilang.
3.      Pihak keraton diharapkan dapat mempertahankan barang-barang pusaka dan yang bersejarah, karena itu merupakan salah satu dari identitas keraton.


Foto-Foto












gambar 1.1 adalah pintu gerbang Agung, yaitu gerbang utama keraton



Gambar 1.2 adalah Prabayaksa, tempat untuk para tamu terhormat.



Gambar 1.3 adalah kandang ayam gunanya untuk turun tanah, atau anak sultan yang baru berusia 7 bulan


 Gambar 1.3 adalah silsilah dari keluarga keraton


Gambar 1.4 adalah benda-benda keramat. 


Gambar 1.5 adalah gambar macan ali 


 gambar 1.6 adalah gambar koleksi keraton


Gambar 1.7 adalah gentong untuk pencucian benda pustaka keraton 



Gambar 1.8 adalah foto bersama di Gerbang Selamatangkep, gerbang keraton bagian dalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Menggapai Impian

R esensi B uku M enggapai I mpian Oleh: Asep Rizky Padhilah A.     IDENTITAS BUKU       a.        Judul buku                  : Menggapai Impian.       b.       Penulis                         : Masriyah Amva.       c.        Penerbit                       : Kompas.       d.       Cetakan                       : September 2010.       e.        Tebal Halaman            : 288 halaman.       f.        Jenis cover                   : Soft cover.       g.       Dimensi (PxL)             : 140x210mm.       h.       Kategori                      : Islam.        i.         Teks bahasa                 : Indonesia. B.      Biografi Pengarang. HJ. MASRIYAH AMVA, lahir pada 13 Oktober 1961 di sebuah kampong pesantren di Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Semasa kecil ia dididik langsung oleh ayah-ibunya, KH. Amrin Hannan dan Hj. Fariatul’Aini yang sehari-hari menjadi pengasuh utama pesantren mereka. Kedua kakeknya, K.H. Amin dan K.H.

Gadis Kerudung Putih

Gadis Kerudung Putih Oleh : Asep Rizky Padhilah Ilustrasi Baju putih garis-garis dan jilbab putih yang ia pakai selalu mengingatkanku kepadanya, begitu menawan dan anggun ^,^. Dan kerudung coklat menutupi rambutnya yang membuatku pantang tuk melupakannya ketika ia pertama kalinya menjengukku ketika ku sakit dalam kesendirian dirumah. Ia lah wanita pertama yang kuberi sebuah penghargaan terbesar dalam hidupku. :) Sungguh begitu nyaman ku didekatnya, saat itu ku duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya senyuman kecil yang ia layangkan. Senyuman itulah yang selalu ku ingat. Sungguh tiada duanya, bagaikan suatu keindahan dunia yang menakjubkan. :). Saat itu ibaratkan rasa sakit yang kurasakan telah terobati oleh seorang suster cantik yang turun dari langit ke tujuh. Apalagi ketika ku tertidur dipangkuannya. Ingin rasanya ku mengulang kejadian itu. Aku merasakan suatu percikan kecil yang aneh dalam diriku, yang membuat hatiku berdetak tidak seperti biasanya. Kuketahu