Langsung ke konten utama

Isi hati ku buat aku yang satu lagi


Isi hati ku buat aku yang satu lagi.
Oleh : Asep Rizky Padhilah


            Ada sebuah kisah dari seorang mahasiswa, mahasiswa yang kini baru menginjak masa perkuliahan selama kurang lebih satu tahun, dia mencurahkan segala keluhan-keluhannya selama masa-masa kuliah. Keluhan-keluhan itu kini menjadi sebuah tulisan yang menarik yang dapat dijadikan sebuah pengalaman dan motivasi untuk kita semua.
***
from google
Sejujurnya, sebenarnya akupun ingin memiliki kebebasan, tidak ingin diatur-atur, tidak ingin disuruh-suruh, inginnya bebas melakukan apa saja yang ingin ku lakukan. Itu yang ada dalam perasaanku yang satu laginya mengenai perkuliahan yang aku jalani. Sehingga perjalanan kuliahku itu merasa bebas lepas tanpa beban, cuek terhadap dosen, sering bolos, jarang ngerjain tugas kelompok, apalagi tugas mandiri, dikampus aku hanya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, seolah-olah kampus sudah milik nenek moyangku.
            Tapi saya akui, kebebasan itu sebenarnya tidak ada yang mutlak, sebebas apapun pasti mempunyai aturan-aturan yang harus dijalani dan itu wajib. Dan saya menyesal, karena kebebasan yang aku lakukan ini telah membuat aku jenuh, telah membuat aku menjadi orang yang semena-mena.
            Akupun sadar dan membuka mata, banyak sekali hal-hal yang semuanya menjadi sia-sia, jika dihitung-hitung mulai dari pembayaran registrasi, uang semester, ongkos bulak-balik kampus, photocopy, ngeprint, bulak-balik warnet, beli buku, dan lain sebagainya yang itu semua masih menggunakan hasil susah payah orang tuaku, orang tua yang pergi bekerja setiap hari dan pulang sore hari sambil berkucuran keringan untuk membiayai kebutuhan anak tercintanya, belum tenaga yang terkuras habis untuk masa perkuliahan, pikiran, dan yang paling penting adalah waktu. Kemudian aku bandingkan dengan pemasukan yang aku dapat dari hasil kuliah selama satu tahun ini. Lalu apa hasilnya?? Batinku menjerit dan menangis, bagaikan tertembak senapan tajam. Aku rasakan semuanya tidak seimbang atas apa yang telah kukeluarkan, aku tidak mendapatkan apa-apa, nol besar, aku pergi kuliah hanya untuk bercanda hura, bersenang –senang menghabiskan uang dari pemberian orang tuaku, dan selalu mengharapkan untuk libur pada hari-hari perkuliahan dan selalu mengaharapkan untuk pulang cepat pada jam perkuliahan. Sedangkan orangtuaku dirumah berharap pada anak tercintanya agar rajin belajar dikampus untuk menjadi orang yang berguna, ayah yang tak pernah lelah mencari nafkah, belum lagi ibu yang selalu terbangun malam untuk mendoakan buah hati kesayangannya.
            Namun, apa yang telah kuberikan? Apa yang telah kulakukan? Menjadi orang yang pandaipun tidak, apalagi menjadi orang yang pintar dan orang yang selalu disegani dosen, huft…mungkin itu harapan orangtuaku. Andaikan orangtuaku tahu atas apa yang telah kuperbuat, ku telah sia-siakan semuanya mungkin orangtuaku akan menangis histeris.
            Tapi kini mataku tebuka lebar, itu adalah masa lalu yang hanya dapat aku sesali dan hanya dapat menjadi sebuah lukisan abstrak yang terdapat dalam pikiranku. Dan yang akan kujalani adalah hari ini dan hari esok, belum ada kata terlambat, semuanya masih dapat kubenahi dan kuperbaiki. Banyak pengalaman berharga sebenarnya dari apa yang telah kulakukan selama ini, tapi yang paling aku dapat ambil hikmahnya adalah jangan sia-siakan waktu dan jangan sia-siakan kepercayaan serta pemberian dari orangtua, selagi orangtuaku masih mampu berdiri, mampu mencari nafkah untuk keluarga dan pribadi untuk kebutuhan kuliahku. Dengan tekad dan niatku ini dan dengan ucapan Bismillahirrohmaanirrohim aku bertekad untuk rajin dalam perkuliahan, untuk rajin membaca buku, rajin berdiskusi, tidak lagi berharap libur kuliah, tidak lagi ingin cepat-cepat pulang kuliah, tidak ingin lagi bolos kuliah, tidak malas lagi mengerjakan tugas, tidak lagi mengeluh dalam tugas, dan tidak lagi menyuruh teman untuk mengerjakan tugas. Kulakukan itu semua hanya untuk satu tujuan, yaitu membahagiakan kedua orang tuaku tercinta. :))

Komentar

  1. ku sependapat dengan apa-apa yang telah di uraikan melalui curahan hati ini. mari kita berevolusi semoga kita semua kelak menjadi orang yang berguna.

    BalasHapus
  2. amiiiiin...seharusnya kita sepertii tuu yaaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Menggapai Impian

R esensi B uku M enggapai I mpian Oleh: Asep Rizky Padhilah A.     IDENTITAS BUKU       a.        Judul buku                  : Menggapai Impian.       b.       Penulis                         : Masriyah Amva.       c.        Penerbit                       : Kompas.       d.       Cetakan                       : September 2010.       e.        Tebal Halaman            : 288 halaman.       f.        Jenis cover                   : Soft cover.       g.       Dimensi (PxL)             : 140x210mm.       h.       Kategori                      : Islam.        i.         Teks bahasa                 : Indonesia. B.      Biografi Pengarang. HJ. MASRIYAH AMVA, lahir pada 13 Oktober 1961 di sebuah kampong pesantren di Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Semasa kecil ia dididik langsung oleh ayah-ibunya, KH. Amrin Hannan dan Hj. Fariatul’Aini yang sehari-hari menjadi pengasuh utama pesantren mereka. Kedua kakeknya, K.H. Amin dan K.H.

Pengamatan di Keraton Kacirebonan

PEMBAHASAN A.     Sejarah Keraton Kacirebonan. Keraton Kacirebonan menurut sumber catatan sejarah Keraton, didirikan oleh Pangeran Raja Kanoman pada tanggal 13 Maret 1808. Pangeran Raja Kanoman adalah seorang putera dari Sultan Kanoman ke IV yang bergelar Amirul Mu’minin Sultan Muhammad Khairuddin.   Pernikahan Pengeran Raja Kanoman dengan permaisurinya yang bernama Ratu Sultan Gusti Lasminingpuri mempunyai seorang putera yang bernama Pangeran Raja Hidayat beserta keturunannya meneruskan tradisi Keraton Kacirebonan secara turun temurun sampai sekarang. Pada tahun 2008 Keraton Kacirebonan genap berusia 200 (Dua ratus) tahun. Berdirinya Keraton Kacirebonan berawal dari perlwanan Pangeran Raja Kanoman terhadap Penjajah Belanda, sehingga beliau di buang ke Ambon dan kehilangan hak-haknya sebagai seorang putera sultan. Di buangnya Pangeran Raja Kanoman ke Ambon ternyata tidak menyurutkan api perlawanan para pengikut setianya di Cirebon, yang menuntut di pulangkannya kembali Pangeran Raja

Gadis Kerudung Putih

Gadis Kerudung Putih Oleh : Asep Rizky Padhilah Ilustrasi Baju putih garis-garis dan jilbab putih yang ia pakai selalu mengingatkanku kepadanya, begitu menawan dan anggun ^,^. Dan kerudung coklat menutupi rambutnya yang membuatku pantang tuk melupakannya ketika ia pertama kalinya menjengukku ketika ku sakit dalam kesendirian dirumah. Ia lah wanita pertama yang kuberi sebuah penghargaan terbesar dalam hidupku. :) Sungguh begitu nyaman ku didekatnya, saat itu ku duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya senyuman kecil yang ia layangkan. Senyuman itulah yang selalu ku ingat. Sungguh tiada duanya, bagaikan suatu keindahan dunia yang menakjubkan. :). Saat itu ibaratkan rasa sakit yang kurasakan telah terobati oleh seorang suster cantik yang turun dari langit ke tujuh. Apalagi ketika ku tertidur dipangkuannya. Ingin rasanya ku mengulang kejadian itu. Aku merasakan suatu percikan kecil yang aneh dalam diriku, yang membuat hatiku berdetak tidak seperti biasanya. Kuketahu