Langsung ke konten utama

Malu Bertanya Sesat di Jalan, Banyak Bertanya Malah di Sorakin.

Malu Bertanya Sesat di Jalan, Banyak Bertanya Malah di Sorakin.
Oleh : Asep Rizky Padhilah

            Dear My Blog_ ^,^
Ternyata atsmosfer mahasiswa sekarang adalah mahasiswa yang tidak suka bertanya dan tidak suka kepada orang yang banyak bertanya. Bukankah ada pepatah seperti ini “malu betanya sesat dijalan”, Bertanyalah, maka kau akan menemukan arah dan sampai ke tujuan. Begitu kira-kira maknanya. Tapi mungkin pepatah tersebut sudah tak berlaku kepada beberapa mahasiswa saat ini.  Rupanya bertanya merupakan kegiatan yang mengganggu kegiatan perkuliahan. Entah apa yang sudah membuatnya begini. Ada beberapa hal yang membuat saya menulis ini, karena saya mengalami suatu kejadian yang membuat saya heran dan bingung.
                Suatu saat ketika jam perkuliahan dimulai, saya mulai menemukan kejanggalan dalam menerima pelajaran, sehingga saya bertanya kepada kelompok yang menerangkan pelajaran tersebut, namun saya kurang paham apa yang disampaikan oleh pemateri pada saat itu sehingga saya mulai bertanya kepada dosen, saya mulai mengerti apa yang disampaikan dosen, namun saya coba untuk bertanya kembali kepada dosen secara bertubi-tubi. Namun beberapa teman saya malah menyorakinya, seolah-olah apa saya lakukan adalah lakukan adalah kegiatan yang mengganggu. Dan hal tersebut tidak jarang saya merasakannya. Apalagi saat saya mengajukan pertanyaan pada menit-menit terakhir perkuliahan usai, pasti sorakan “Hhhhhhuuuuuuuuu” dari teman-teman terdengar keras ditelinga saya.
                Saya sedikit merasakan prihatin atas apa yang dirasakan saya, apa yang salah ketika saya banyak bertanya?? Bukankah bertanya dapat membuat kita lebih mengerti dan dapat menambah wawasan? Kita sebagai mahasiswa, calon penerus bangsa apakah ingin kalu kita terus-menerus menciptakan dinding-dinding es batu yang mengurung pertanyaan??
Tampaknya inilah yang membuat proses pembelajaran perkuliahan berlangsung statis dan tidak efektif. Setelah menjelaskan materi pelajaran, seharusnya dosen atau pemateri bertanya dan setiap mahasiswa untuk menjawab apa yang sudah disampaikannya. Atau sebaliknya, mahasiswa diwajibkan bertanya kepada dosen atau pemateri.  Beranikah kita menamakan yang seperti ini sebagai sebuah proses pendidikan??

*****
Saya hanya dapat menulis di Blog ku ini atas  apa yang saya rasakan ini, karena saya takut kesalahpahaman dari teman-teman atas apa yang saya rasakan, padahal saya cuma ingin memberi tahu, bahwa dikampus itu bukan hanya tempat untuk membuang uang, bukan untuk bertemu teman, pacar, sahabat, dll. Bukan hanya untuk bergosiip ria, bukan tempat untuk membuang-buang bedak dan alat kecantikan lainnya. Bukan hanya dan bukan hanya yang lainnya.
Dikampus bisa dijadikan tempat menambah wawasan, menambah ilmu untuk masa depan. Sudah saatnya kita berpikir ke depan. Nanti bagaimana, bukan bagaimana nanti.


Dan saya berharap semoga……………………………………………………………………………….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Menggapai Impian

R esensi B uku M enggapai I mpian Oleh: Asep Rizky Padhilah A.     IDENTITAS BUKU       a.        Judul buku                  : Menggapai Impian.       b.       Penulis                         : Masriyah Amva.       c.        Penerbit                       : Kompas.       d.       Cetakan                       : September 2010.       e.        Tebal Halaman            : 288 halaman.       f.        Jenis cover                   : Soft cover.       g.       Dimensi (PxL)             : 140x210mm.       h.       Kategori                      : Islam.        i.         Teks bahasa                 : Indonesia. B.      Biografi Pengarang. HJ. MASRIYAH AMVA, lahir pada 13 Oktober 1961 di sebuah kampong pesantren di Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Semasa kecil ia dididik langsung oleh ayah-ibunya, KH. Amrin Hannan dan Hj. Fariatul’Aini yang sehari-hari menjadi pengasuh utama pesantren mereka. Kedua kakeknya, K.H. Amin dan K.H.

Pengamatan di Keraton Kacirebonan

PEMBAHASAN A.     Sejarah Keraton Kacirebonan. Keraton Kacirebonan menurut sumber catatan sejarah Keraton, didirikan oleh Pangeran Raja Kanoman pada tanggal 13 Maret 1808. Pangeran Raja Kanoman adalah seorang putera dari Sultan Kanoman ke IV yang bergelar Amirul Mu’minin Sultan Muhammad Khairuddin.   Pernikahan Pengeran Raja Kanoman dengan permaisurinya yang bernama Ratu Sultan Gusti Lasminingpuri mempunyai seorang putera yang bernama Pangeran Raja Hidayat beserta keturunannya meneruskan tradisi Keraton Kacirebonan secara turun temurun sampai sekarang. Pada tahun 2008 Keraton Kacirebonan genap berusia 200 (Dua ratus) tahun. Berdirinya Keraton Kacirebonan berawal dari perlwanan Pangeran Raja Kanoman terhadap Penjajah Belanda, sehingga beliau di buang ke Ambon dan kehilangan hak-haknya sebagai seorang putera sultan. Di buangnya Pangeran Raja Kanoman ke Ambon ternyata tidak menyurutkan api perlawanan para pengikut setianya di Cirebon, yang menuntut di pulangkannya kembali Pangeran Raja

Gadis Kerudung Putih

Gadis Kerudung Putih Oleh : Asep Rizky Padhilah Ilustrasi Baju putih garis-garis dan jilbab putih yang ia pakai selalu mengingatkanku kepadanya, begitu menawan dan anggun ^,^. Dan kerudung coklat menutupi rambutnya yang membuatku pantang tuk melupakannya ketika ia pertama kalinya menjengukku ketika ku sakit dalam kesendirian dirumah. Ia lah wanita pertama yang kuberi sebuah penghargaan terbesar dalam hidupku. :) Sungguh begitu nyaman ku didekatnya, saat itu ku duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya senyuman kecil yang ia layangkan. Senyuman itulah yang selalu ku ingat. Sungguh tiada duanya, bagaikan suatu keindahan dunia yang menakjubkan. :). Saat itu ibaratkan rasa sakit yang kurasakan telah terobati oleh seorang suster cantik yang turun dari langit ke tujuh. Apalagi ketika ku tertidur dipangkuannya. Ingin rasanya ku mengulang kejadian itu. Aku merasakan suatu percikan kecil yang aneh dalam diriku, yang membuat hatiku berdetak tidak seperti biasanya. Kuketahu