Langsung ke konten utama

Komitmen

Seorang perempuan (cantik) bertanya, "kenapa kamu tuh baik banget sama aku?", dengan wajah yang begitu penasaran perempuan itu bertanya. Laki-laki itu tak langsung menjawab, meminum teh hangat yang ada di depannya, menarik nafas panjang, kemudian menatap langit terjauh. Seperti grogi mendengar pertanyaan dari perempuan yang ada dihadapannya. Tak lama kemudian laki-laki itu mulai berbicara.
"Hhmm...apa ya? Aku seperti ini karena aku suka sama kamu. Tapi inget loh, seperti ini-nya aku tak bermaksud sedikitpun tuk membuat kamu suka (juga) sama aku. Karena, suka, tidak suka, itu hal yang tidak bisa dipaksakan." Dengan polos laki-laki itu menjawab sambil tersenyum bingung.

Perempuan (cantik) itu tersenyum mendengar barisan kata-kata yang terucap dari laki-laki yang berada dihadapannya, disebuah warung pinggir jalan depan kampus. Setelah puas melihat senyumnya, laki-laki bertanya, "kenapa? Kok senyum-senyum gitu? Ada yang salah ya dari ucapanku tadi?", dengan hati-hati laki-laki itu mengucapkan kalimatnya. "Enggak apa-apa, seneng ajah dengernya." Perempuan itu melanjutkan percakapannya, setelah meminum (juga) teh hangat dimeja mereka. "Bukannya aku ga suka sama kamu, kamu baik, pintar, kreatif, segala sesuatu yang aku tanyakan tentang apapun, kau selalu memberikan jawaban, walalupun aku tak begitu memahaminya. Tapi hatiku sedang menyukai seseorang, meskipun tidak sepintar, sebaik, dan se-kreatifmu. Gapapakan?" Perempuan mencoba menjelaskan sehati-hati mungkin, agar laki-laki yang dihadapannya tak sakit hati.

Balasan yang pertama keluar dari laki-laki atas ucapan perempuan itu adalah senyum. Laki-laki itu tersenyum, sembari melihat kendaraan yang berlalu lalang dihadapannya. "Gapapa ko, santai ajah. Aku kan bilang, suka, tidak suka, adalah hal yang tidak bisa dipaksakan toh? Tapi kita tetep temanan kan?" Sambil menyodorkan wajah penuh harap laki-laki itu menanyakan hal tersebut pada perempuan (cantik) yang mengenakan kemeja merah jambu dan celana jeans hitam. "Iyah, kita tetap temenan ko." Sambil tersenyum perempuan itu menjawab dengan sederhana.

Esok, lusa, seminggu, sebulan, tiga bulan, mereka tak pernah bertemu lagi. Disibukkan dengan kesibukkan, kehidupannya masing-masing. Hanya sekadar berbincang melalui BBM atau whatsapp, itu-pun tak seintens ketika sebelum ada percakapan diwarung itu.

Suatu saat, tak sengaja mereka dipertemukan kembali, ditempat yang sama. "Hay, sendirian ajah, lama yah kita tak jumpa", dari arah belakang perempuan itu, si laki-laki memulai percakapan, mengagetkan si perempuan yang mengenakan kerudung merah jambu. Si laki-laki sambil berjalan menghampiri kursi dihadapan perempuan itu, kemudian duduk. "Hay, kamu.. Iyah lama sekali kita tak jumpa, kamu sehat?" Perempuan itu tampak sumeringah bertemu dengan laki-laki yang (dulu) pernah menyukainya. Sumeringah itu hanya sebentar, kemudian wajahnya berubah, senyumnya tak simetris, berbalik 180 derajat menjadi manyun. "Aku sehat, kamu tambah cantik aja sih, tapi kok keliatannya lagi murung nih, ada gangguan pencernaan? Hehehe...", laki-laki itu mencoba mencari tahu apa yang sedang dirasakan oleh perempuan yang (dulu) ia sukai.

Perempuan itu tersenyum, kemudian menjawab, "kamu bisa ajah bikin aku tersenyum", lagi, senyum itu kembali memutar araha, membanting stir, menjadi murung. Perempuan itu meminum air mineral botol yang ada dimeja mereka, menarik nafas panjang, kemudian menceritakan perjalanan hidupnya sewaktu mereka tak pernah bertemu. "Tiga bulan yang lalu, aku dan kekasihku seperti Jack dan Rose Dawson difilm Titanic. Sangat romantis, kita selalu berdua, menghabiskan waktu dengan dengan hal-hal mesra, aku semakin menyayanginya.", perempuan itu membeberkan ceritanya sangat jelas dan detail.

Sedangkan laki-laki yang dihadapannya, dengan wajah polos memandang mata dan bibir yang terus mengeluarkan kata demi kata, mendengarkan secara seksama. Tak mengeluarkan sepatah katapun, hanya menganggukkan kepala, seolah paham dari ucapan perempuan yang berada dihadapannya. Perempuan itu kembali bercerita, "tapi, dua minggu yang lalu, kekasihku meninggalkanku, aku baru tahu bahwa aku hanya jadi bahan taruhan oleh teman-temannya, aku hanya dijadikan bahan taruhan, aku luluh lantak, tak berharga. Padahal aku sungguh sangat tulus menyayanginya. Selama dua minggu itu aku tak berdaya, hingga saat ini, entah sampai kapan seperti ini", perempuan itu mengeluarkan air mata, hujan-pun ikut turun. Sedangkan si laki-laki, tak tahan melihat perempuan (cantik) menangis, tangan tangannya mencoba menghapus air mata yang turun dipipi halusnya. "Air matamu terlalu mahal untuk menangisi orang yang tak pernah serius denganmu. Sudahlah, air matamu tak mampu mengalahkan derasnya hujan, jangan nangis lagi ah, jadinya jelek tau", laki-laki itu mencoba menghibur perempuan (cantik). Perempuan itu tertawa mendadak, "aku menangis bukan untuk menyaingi hujan, aku sakit hati tahu, sudah beberapa kali aku selalu gagal dalam cinta." Laki-laki polos itui kebingungan, mencoba menenangkan hati perempuan yang sedang terluka, "gagal soal cinta bukan berarti mengagalkan cita-citamu kan? Sudahlah, jangan terlalu larut, masih banyak hal yang sudah menunggumu, masa depanmu salah satunya, move on dong", seperti Mario Teguh, laki-laki itu memberikan motivasi. "Iya, terima kasih ya, setidaknya aku sudah sedikit tenang, sudah menceritakan hal ini pada seseorang, khususnya padamu.", perempuan itu tersenyum lega. Mendung hitam sedikit demi sedikit bergeser terbawa angin, matahari kembali terlihat. "Sekarang kekasihmu siapa?", perempuan itu bertanya. Si laki-laki terbatuk mendadak ketika mendengar pertanyaan itu. "Hmm.. Aku masih 'sendiri', belum ada yang singgah dihati lagi, hehe..", sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Suasana hening sejenak, masing-masing sibuk dengan aktivitasnya. Perempuan sibuk membuka pesan masuk yang daritadi handphonenya terus mendering, sedangkan si laki-laki sibuk mengaduk-aduk gelasnya dengan sedotan.

"Apakah kamu masih suka denganku? Aku menyesal ketika dulu aku tak memilihmu. Aku ingin menjadi kekasihmu.", si perempuan kembali memulai pembicaraan dengan pertanyaan yang ekstrem, membuat laki-laki yang berada dihadapannya terheran-heran. Si laki-laki mencoba tuk tetap tenang, pura-pura tuk tidak kaget, "hmm...iyah, dulu aku suka sama kamu, tapi sekarang aku juga tetep suka sama kamu kok, tapi hanya sebatas temen. Saat ini aku lagi gak mau berurusan sama asmara dan cemburu, hehe..", si laki-laki menjawab dengan sedikit bercanda, agar tidak menyinggung hati perempuan itu. Dengan sedikit kecewa perempuan itu menjawab, "yaaahh... Yasudah gapapa kok, mungkin aku bukan yang terbaik buat kamu, semoga kelak kamu mendapatkan kekasih yang terbaik yah". Suasana mendakan menjadi hening, si perempuan pamit untuk pulang. "Aku pulang duluan yah, takut hujan lagi, lagian sudah sore. Kamu jangan pulang malam-malam, jaga diri baik-baik yah". Sikap yang sedikit aneh dari perempuan itu. "Iyah hati-hati yah", si laki-laki menjawab dengan simple.

Semenjak percakapan itu mereka tak pernah lagi saling berinteraksi, sehari, seminggu, sebulan, empat bulan. Dan, pada suatu saat mereka (kembali) dipertemukan, ditempat yang berbeda, dengan suasana hati yang berbeda.

 :)

Asep Rizky Padhilah
Cirebon, 23 Februari 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Menggapai Impian

R esensi B uku M enggapai I mpian Oleh: Asep Rizky Padhilah A.     IDENTITAS BUKU       a.        Judul buku                  : Menggapai Impian.       b.       Penulis                         : Masriyah Amva.       c.        Penerbit                       : Kompas.       d.       Cetakan                       : September 2010.       e.        Tebal Halaman            : 288 halaman.       f.        Jenis cover                   : Soft cover.       g.       Dimensi (PxL)             : 140x210mm.       h.       Kategori                      : Islam.        i.         Teks bahasa                 : Indonesia. B.      Biografi Pengarang. HJ. MASRIYAH AMVA, lahir pada 13 Oktober 1961 di sebuah kampong pesantren di Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Semasa kecil ia dididik langsung oleh ayah-ibunya, KH. Amrin Hannan dan Hj. Fariatul’Aini yang sehari-hari menjadi pengasuh utama pesantren mereka. Kedua kakeknya, K.H. Amin dan K.H.

Pengamatan di Keraton Kacirebonan

PEMBAHASAN A.     Sejarah Keraton Kacirebonan. Keraton Kacirebonan menurut sumber catatan sejarah Keraton, didirikan oleh Pangeran Raja Kanoman pada tanggal 13 Maret 1808. Pangeran Raja Kanoman adalah seorang putera dari Sultan Kanoman ke IV yang bergelar Amirul Mu’minin Sultan Muhammad Khairuddin.   Pernikahan Pengeran Raja Kanoman dengan permaisurinya yang bernama Ratu Sultan Gusti Lasminingpuri mempunyai seorang putera yang bernama Pangeran Raja Hidayat beserta keturunannya meneruskan tradisi Keraton Kacirebonan secara turun temurun sampai sekarang. Pada tahun 2008 Keraton Kacirebonan genap berusia 200 (Dua ratus) tahun. Berdirinya Keraton Kacirebonan berawal dari perlwanan Pangeran Raja Kanoman terhadap Penjajah Belanda, sehingga beliau di buang ke Ambon dan kehilangan hak-haknya sebagai seorang putera sultan. Di buangnya Pangeran Raja Kanoman ke Ambon ternyata tidak menyurutkan api perlawanan para pengikut setianya di Cirebon, yang menuntut di pulangkannya kembali Pangeran Raja

Gadis Kerudung Putih

Gadis Kerudung Putih Oleh : Asep Rizky Padhilah Ilustrasi Baju putih garis-garis dan jilbab putih yang ia pakai selalu mengingatkanku kepadanya, begitu menawan dan anggun ^,^. Dan kerudung coklat menutupi rambutnya yang membuatku pantang tuk melupakannya ketika ia pertama kalinya menjengukku ketika ku sakit dalam kesendirian dirumah. Ia lah wanita pertama yang kuberi sebuah penghargaan terbesar dalam hidupku. :) Sungguh begitu nyaman ku didekatnya, saat itu ku duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya senyuman kecil yang ia layangkan. Senyuman itulah yang selalu ku ingat. Sungguh tiada duanya, bagaikan suatu keindahan dunia yang menakjubkan. :). Saat itu ibaratkan rasa sakit yang kurasakan telah terobati oleh seorang suster cantik yang turun dari langit ke tujuh. Apalagi ketika ku tertidur dipangkuannya. Ingin rasanya ku mengulang kejadian itu. Aku merasakan suatu percikan kecil yang aneh dalam diriku, yang membuat hatiku berdetak tidak seperti biasanya. Kuketahu