Langsung ke konten utama

Kado Perpisahan

Jumat, 04 Januari 2013. Fajar tak seindah seperti biasanya, tubuhku masih terlilit selimut biru kuning semenjak hujan semalam mengguyur deras kota berintan, kini hanya tersisa rintik-rintiknya. Ku membuka jendela kamar, ada suasana yang berbeda sehingga hatiku menjadi melankolis, teringat suasana dua tahun empat bulan yang lalu ketika masih mengenakan seragam putih abu-abu, suatu masa yang selalu bersama dirinya, yang setiap paginya selalu memaksa kami untuk mengejar cita-cita yang seragam, rintik-rintik hujan menuntun kami menuju sekolah dan masing-masing menutupi kepalanya dengan sebuah buku sembari bergandengan tangan, berlari kecil hingga sampai gerbang, dan disana sudah berdiri tegak dan menyeramkan seorang guru BK yang sedang membawa penggaris panjang, menanti siswa-siswinya yang terlambat.
Ingatan itu bukan tanpa alasan (suasana menjadi lebih mellow bagai daun puteri malu yang tersentuh tetesan air dari langit). Ingatan itu karena kamu. Pipi Rizky, sebaris nama yang menjadi “gaya total” hidupku sehingga menjadi tak stabil dan tenang walaupun kau sesuai dengan pipimu yang lucu. Kau adalah wanita anggun yang turun dari langit yang tak lazim bagi dunia, kenal denganmu mampu membuat duniaku berubah, sekolah bagaikan surga yang penuh dengan bunga-bunga indah, jalanan yang macet bagaikan taman yang ramai akan kupu-kupu cantik berterbangan.
Mengutip kata-kata Bondan, “kau sosok yang punyai arti, kau puisi ketika datang sepi”. Masih terngiang suaramu yang khas, ketika kau mnegucapkan pamit perpisahan untuk menjemput cita-cita yang sudah dinantikannya, yakni kuliah di sebuah universitas negeri di kota Surabaya. “selamat jalan Fadhil, semoga pertemanan kita tidak berakhir sampai disini”, ucapnya sambil melambaikan tangan. Ku hanya tersenyum sembari membalas lambaian tangannya di balik jendela kereta itu. Senyum yang memiliki dua makna, pertama senyum yang senang karena kau ingin pertemanan kami tak terpisahkan oleh ruang dan waktu, namun senyum yang kedua adalah senyum sinis, karena kau hanya menganggap hubungan kami hanya sekedar pertemanan. Padahal aku menafsirkan perjalanan kami dua tahun dimasa putih abu-abu kau memberikan aku kunci untuk membuka hatimu dan kau menyambutnya dengan hangat hingga kini. Apakah aku hanya salah tafsir? Semarang, kutitipkan perempuan lucu, mungil, nan indah padamu. Biarkan dirinya terbang bagaikan burung yang bebas dari sangkarnya untuk mencari sang jantan hingga tiba fajar.

Jumat, 18 Januari 2013. Fajar masih mendukungku untuk bermelankolis saat ini. Kerinduanku padamu masih untuh seperti pertama kau ucapkan “miss u” padaku saat harlahku yang ke tujuh belas. Fatwa rindu karya Chandra Malik mewakili seluruh rasa rinduku padamu, Pi. Ku yakin rindu dan perasaan ini bukan hanya sebatas penasaran karena aku belum sempat mengungkapkan rasa cintaku padamu. Mungkin cintaku padamu seperti “Ma’rifat Cinta” masih karya Chandra Malik.
Kini, semenjak kau pergi ke Semarang jarang sekali kabar yang kudapat darimu, terakhir ku bertemu denganmu kurang lebih sembilan bulan. Mendapat satu sms darimu ibarat mendapat energi positif untuk melakukan segala hal kegiatanku sehari-hari, hidupku menjadi lebih bersemangat ketika kau memberi kabar padaku. Namun ketika smsku tak dibalas lagi tak ada daya dan upaya untuk melakukan rutinitas sehari-hari, yang ada hanya gelisah dan lemah. You my everything baby, kau takkan pernah terganti.
Tepat dua hari lagi usiamu genap 20 tahun. Ku coba untuk memberikan hal yang special untukmu, mungkin untuk yang terakhir kali. Karena mungkin benar akan tafsir yang salah tentangmu, kau hanya memberikan kunci padaku hanya untuk menguncikan hatimu dariku. Diriku sendiri yang menguncinya. Ku coba kirimkan satu sms padamu untuk mengetahui keadaanmu, keyakinan itu terjawab setelah smsku padamu diabaikan, tak ada balasan darimu. Ya Sudahlah.
Kucoba menghilangkan kegelisahanku dengan diiringi lagu Bondan Prakoso & Fade2Black, Ya Sudahlah.
Saat kau berharap keramahan Cinta tak pernah terwujud Ya Sudahlah
Dengar ku bernyanyi, lalalalalalayeyeyyee didadudidadududidam..
Semua ini belum berakir..
Apapun yang terjadi ku kan slalu ada untukmu..
Janganlah kau bersedih coz everythings gonna be okay..

Kubuka pintu rumahku, keluar melawan rintik-rintik hujan, pergi kesuatu tempat untuk memberikan kado terakhir untukmu. Yah, setelah itu dengan baju yang basah kuyup kemudian ku pergi menuju kantor pos untuk mengirimkan kadoku untukmu. Jl. Dahlia No. 29 Rt/05 Rw/01. Surabaya. Itu alamat terakhir yang kau berikan padaku, semoga kau masih tetap tinggal disana. Dan semoga kado itu sampai padamu tepat di harlahmu.

Minggu, 25 Januari 2013. Harlahmu yang ke 20. Ku yakin kado itu sudah sampai di tanganmu dan kau membukannya. Pertakali kau membukanya kau akan menerima suratku dan kau membacakannya.

“Kepada seseorang yang ku rindukan, Pipi Rizky.
Salam sejahtera ku ucapkan padamu, semoga kau selalu berada dalam lindungan-Nya, Amin.
Selamat Harlah, Pi.

Di hari lahirmu yang ke dua puluh ini ku hanya bisa berdoa semoga kau menjadi perempuan yang seperti Kartini, cerdas, pintar, bertangunggung jawab dan lemah lembut terhadap sesama.
Semoga kau juga seperti Laksamana Mahalayati, yang berani melawan penjajah hingga kau mencapai kemerdekaan yang hakiki.
Semoga kau menjadi perempuan yang seperti Rabi’ah al-Adawiyyah, yang memiliki kecintaan dan ketaatan pada Tuhannya yang tak tergantikan oleh apapun.
Dan semoga kau menjadi perempuan yang seperti Siti Zulaikha, yang beruntung memiliki imam yang cerdas, gigih, sopan, dan mampu menakhlukan keangkuhan dunia.
Atau seperti Ainun Habibie yang beruntung memiliki B.J Habibie yang setia sehidup semati.

Dan ku hanya bisa memberikan kado ini Pi, (buku, kitab suci, dan boneka onta).
Buku, karena menurutku buku bagaikan teman yang tak pernah berkhianat, guru yang tak pernah marah, adik yang tak pernah jail terhadap kakaknya, dan kakak yang tak pernah egois kepada adikya. Semoga buku ini bisa menjadi bekal atau referensi perjalanan hidupmu yang akan datang. (Buku yang berjudul Perjalanan Rasa karya Fahd Djibran).
Kitab Suci, semoga kitab suci ini bisa selalu kau baca setiap saat, agar kau tak bisa dibutakan oleh gemerlapnya dunia yang fana ini. Dan agar kau selalu diberikan petunjuk oleh Tuhan sehingga kau menemukan jalan bahagia untuk dunia dan akhiratmu.
Boneka Onta, ku masih ingat ketika itu kau menyukai onta. Karena mengingatnya begitu mudah, tubuhmu seperti anak onta yang lucu. Heheheheh :). Semoga boneka ini bisa menjadi teman curhatmu ketika kau senang, sedih, galau, risau, suka, duka, gembira, merana, hingga kau menemukan kesuksesanmu kelak.
Sekali lagi ku ucapkan selamat harlah yang kedua puluh, tepat pada tanggal 25 Januari 2013. Semoga menjadi perempuan paripurna yang sempurna. Amin .. Aku mencintaimu.
Salam Rindu,
Fadhilah az-Zahra.

Mungkin setelah kau menerima kado itu dan membaca suratnya, aku sudah pergi jauh dari harapan-harapan yang tak pasti. Pergi jauh untuk mengejar kepastian yang hakiki. Mencoba untuk mengalir dari pegunungan yang menyeramkan, menuju sungai yang deras, dan berhening di samudera yang damai. Semoga ku bisa melaluinya.
Setelah ku mengirimkan kado itu, ku sudah tak berharap apapun darinya dan ku sudah tak memikirkan dia untuk memberikan kabar bahwa kado itu sudah sampai atau belum, dan ku menjalanai hari-hari dengan seperti biasanya. Mencoba menghilangkan “gaya total” itu dari hidupku sehingga hidup ini kembali menjadi tenang dan stabil. Walaupun harus kulewati terlebih dahulu semua prosesnya yang sulit.

Kamis, 14 Februari 2013. Sulit sekali ternyata diriku untuk mengatakan “aku baik-baik saja” ketika diriku sedang berada dalam kondisi yang tidak baik. Susah sekali diriku mengatakan “aku tidak merindukanmu lagi” ketika diriku sedang sangat merindukanmu. Aku paling sulit untuk berbohong, apalagi mengenai perasaan, namun lebih sulit lagi untuk mengungkapkannya.
Apa-apaan ini? Apa yang terjadi? Tanyaku dalam hati ketika diriku kembali merindukanmu. Ternyata benar, rasa cintaku padamu ibarat teori air, yakni “mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah seperti air dipegunungan yang mengalir deras menuju laut”. Namun kau membantah teori tersebut untuk mengalir dari tempat rendah ke tempat yang tinggi. Mustahil. Kau juga mencintaiku adalah hal yang mustahil.
Sebenarnya aku adalah seseorang yang paling tidak peduli untuk berkutat pada urusan asmara dan cemburu. Jelas ketika dikampus aku tak pernah menyibukkan diri dengan permasalahan tersebut, aku lebih menyibukkan diri dengan organisasi dan perkuliahanku. Namun ketika tentang kau, Pipi Rizky. Ku tak bisa lepas dari hal itu, mau tak mau ku harus terjun untuk menyelami hal itu, asmara dan cemburu.
Sore itu ku pulang dengan keadaan lelah dan gundah. Lelah karena kesibukanku tak kunjung usai, dan gundah karena tak kunjung mendapatkan kabar darimu, Pipi Rizky. Ku benamkan diri sejenak dikamarku yang berukuran dua meter persegi, ku dengarkan sebuah lagu ciptaan Bondan Prakoso & Fade2Black yang berjudul Cahya Cinta Sejati.
Ku takkan mampu berdiri,tuk raih semua mimpi.. tanpa cahya cinta sejati.
Ku takkan jelang hari tuk gapai semua hati.. tanpa cahya cinta sejati..
Tepat pukul 16.30 wib seorang tukang pos berdiri didepan rumahku. Ku buka pintu rumah dan ternyata surat itu untuk ku, dari Pipi Rizky. Tertebar senyumku pada amplop cokelat berukuan kertas legal. Segera kutandatangani surat itu sebagai tanda terima. Keberlari menuju kamarku yang sempit dan berantakan, namun kamar itu seolah-olah berubah menjadi taman yang luas serta banyak bunga-bunga dan kupu-kupu berterbangan. Dengan penuh kehati-hatian kubuka sedikit demi sedikit amplop tersebut. Namun hatiku tersentak sedemikian hebat ketika ku tahu didalam amplop tersebut berisi undangan pernikahan. Pipi Rizky dengan Irwan Nurdiansyah.
(Aku seolah-olah berada disuatu padang pasir yang sangat gersang dan aku kehausan. Tulang-tulangku tak menyatu pada kerangkanya dan kemudian jatuh menumpuk. Tak berdaya)
Aku mulai merasa lunglai, lemas dan berdiam diri sembari menatapi amplop dan undangan itu. Gelap mata. Hingga tak terasa sudah berapa tetesan air mata yang turun dari kelopak mataku. Mungkin banjir di Jakarta adalah kumpulan dari seluruh air mataku untuk mewakili perasaanku saat ini.
Bertahun-tahun ku pendam perasaanku padamu, berbulan-bulan ku khawatirkan dirimu, berminggu-minggu kutunggu kabar darimu, berhari-hari ku nantikan pesan singkat darimu, berjam-jam ku hidup dalam kegelisahan karenamu, bermenit-menit ku selipkan doa untukmu disetiap ibadahku, dan setiap detik ku selalu dihantui oleh bayanganmu. Namun mimpi buruk itu terjadi saat ini, ketika kau balas suratku 25 Januari yang lalu dengan sebuah amplop yang berisi undangan pernikahan dirimu dengan orang lain. Usahaku sia-sia. Ini tidak adil.
Setelah air mataku tak mampu menetes lagi, ku buka kembali amplop itu dan ternyata terdapat sebuah surat yang bertuliskan dari tinta merah.
Kepada seseorang yang terbaik di Dunia, Fadhilah az-Zahra.
Salam Persahabatan ku panjatkan untukmu, dan semoga kau juga selalu berada dalam lindungan-Nya..amin
Terimakasih atas kado dan do’anya Fadhil.

Pertama saatku menerima kado dan surat itu aku menangis hingga matahari enggan terbit untuk beberapa hari. Dan kini aku menulis surat ini juga sembari meneteskan air mata dan mungkin ketika surat ini sudah sampai di tanganmu, air mata ini belum berhenti menetes dari mataku.
Aku ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kado dan doa yang sangat baik yang kau berikan padaku, Fadhil. Kau memang orang yang paling baik selama ini. Aku berjanji akan menjaga baik-baik kado dan surat yag kau beri untukku.
Namun ku juga ingin meminta maaf yang tak terhingga ketika kumembalas suratmu dengan sebuah undangan pernikahan. Pernikahanku dengan seseorang. Itu alasanku kenapa tidak pernah menghubungimu lagi. Itu adalah udangan yang pertama kali di cetak, khusus untukmu. Aku ingin kau hadir dalam pernikahanku nanti. Selasa, 30 Juli 2013. Tepat pada hari ulang tahunmu, Fadhil. Sumpah demi apapun aku tak berniat untuk menyakitimu.
Andai kau mengirim tulisan disuratmu sebulan sebelumnya, aku tidak akan memilih laki-laki lain selain kamu. Karena aku juga mencintaimu. Aku mencintaimu sejak kita berseragam putih abu-abu dulu. Aku memendamnya, Fadhil. Aku memendamnya. Walau sakit, aku coba bertahan hingga waktunya tiba. Namun, hasil akhirnya berbanding terbalik.
Kini semuanya sudah terlambat, aku dijodohkan oleh orangtuaku dan janur kuning sudah siap untuk dilengkungkan. Aku tidak ingin menyalahkan siapa-siapa Fadhil, mungkin kesalahan ini adalah kebenaran yang sudah seharusnya terjadi.
Semoga kita tetap menjadi sahabat.
Salam, aku yang mencintaimu, untuk kau yang mencintai aku.
Pipi Rizky..

Air mataku semakin tak terbendung setelah membaca surat itu. Kini ku telah kehilangan seseorang yang kucintai dan mencintaiku, dan semuanya sudah terlambat untuk dikejar atau diulang kembali.
Ku sadari itu, tragedi yang selalu ada dalam kisah hidup manusia: bukan untuk disesali, tetapi untuk disyukuri. Sebab itulah ternyata yang selama ini membuatku terus memiliki alasan untuk sebenar-benarnya “hidup”; dalam tubuh yang ‘tegar’, pikiran yang setia pada ‘nalar’, dan hati yang memiliki ‘getar’.
Selamat menempuh perjalanan rasamu sendiri Sahabatku, Pipi Rizky.
***
The End


Asep Rizky Padhilah
Cirebon, 03 Februari 2013

Tulisan ini pernah mengikuti lomba di IAIN Semarang, tapi ga dapet juara, hhehehe..
Sedikit diedit, tapi tidak mengurangi esensi cerita, semoga memberikan inspirasi. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Menggapai Impian

R esensi B uku M enggapai I mpian Oleh: Asep Rizky Padhilah A.     IDENTITAS BUKU       a.        Judul buku                  : Menggapai Impian.       b.       Penulis                         : Masriyah Amva.       c.        Penerbit                       : Kompas.       d.       Cetakan                       : September 2010.       e.        Tebal Halaman            : 288 halaman.       f.        Jenis cover                   : Soft cover.       g.       Dimensi (PxL)             : 140x210mm.       h.       Kategori                      : Islam.        i.         Teks bahasa                 : Indonesia. B.      Biografi Pengarang. HJ. MASRIYAH AMVA, lahir pada 13 Oktober 1961 di sebuah kampong pesantren di Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Semasa kecil ia dididik langsung oleh ayah-ibunya, KH. Amrin Hannan dan Hj. Fariatul’Aini yang sehari-hari menjadi pengasuh utama pesantren mereka. Kedua kakeknya, K.H. Amin dan K.H.

Pengamatan di Keraton Kacirebonan

PEMBAHASAN A.     Sejarah Keraton Kacirebonan. Keraton Kacirebonan menurut sumber catatan sejarah Keraton, didirikan oleh Pangeran Raja Kanoman pada tanggal 13 Maret 1808. Pangeran Raja Kanoman adalah seorang putera dari Sultan Kanoman ke IV yang bergelar Amirul Mu’minin Sultan Muhammad Khairuddin.   Pernikahan Pengeran Raja Kanoman dengan permaisurinya yang bernama Ratu Sultan Gusti Lasminingpuri mempunyai seorang putera yang bernama Pangeran Raja Hidayat beserta keturunannya meneruskan tradisi Keraton Kacirebonan secara turun temurun sampai sekarang. Pada tahun 2008 Keraton Kacirebonan genap berusia 200 (Dua ratus) tahun. Berdirinya Keraton Kacirebonan berawal dari perlwanan Pangeran Raja Kanoman terhadap Penjajah Belanda, sehingga beliau di buang ke Ambon dan kehilangan hak-haknya sebagai seorang putera sultan. Di buangnya Pangeran Raja Kanoman ke Ambon ternyata tidak menyurutkan api perlawanan para pengikut setianya di Cirebon, yang menuntut di pulangkannya kembali Pangeran Raja

Gadis Kerudung Putih

Gadis Kerudung Putih Oleh : Asep Rizky Padhilah Ilustrasi Baju putih garis-garis dan jilbab putih yang ia pakai selalu mengingatkanku kepadanya, begitu menawan dan anggun ^,^. Dan kerudung coklat menutupi rambutnya yang membuatku pantang tuk melupakannya ketika ia pertama kalinya menjengukku ketika ku sakit dalam kesendirian dirumah. Ia lah wanita pertama yang kuberi sebuah penghargaan terbesar dalam hidupku. :) Sungguh begitu nyaman ku didekatnya, saat itu ku duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya senyuman kecil yang ia layangkan. Senyuman itulah yang selalu ku ingat. Sungguh tiada duanya, bagaikan suatu keindahan dunia yang menakjubkan. :). Saat itu ibaratkan rasa sakit yang kurasakan telah terobati oleh seorang suster cantik yang turun dari langit ke tujuh. Apalagi ketika ku tertidur dipangkuannya. Ingin rasanya ku mengulang kejadian itu. Aku merasakan suatu percikan kecil yang aneh dalam diriku, yang membuat hatiku berdetak tidak seperti biasanya. Kuketahu