"Aduuh, gue dandan dulu ya biar keliatan cantik", kata seorang perempuan diujung rumah sana. "Suatu saat nanti, kelak saya akan mendapatkan kekasih yang lebih cantik darimu!!!", kata seorang lelaki yang sedang bertengkar dengan kekasihnya disebrang sana. Percakapan disebuah rumah yang dihuni oleh sepasang pengantin yang masih muda, "Ayah, anak kita perempuan, semoga kelak menjadi wanita yang cantik dan baik yah?", sang istri bercakap dengan suami, si ayahpun menjawab dengan penuh ikhlas dan harap, "amiiiin ya bunda". Disebuah kereta, sepasang kekasih sedang memanja mesra dengan kata-kata gombalnya, "yank, kamu tuh wanita tercantik yang pernah aku miliki".
Sesungguhnya si(apa) cantik itu? Semua orang memilih, memilah, berebut, mencari, mendapatkan, menjadi si 'cantik' itu. Mari kita telaah bersama menurut realita yang terlihat dalam kasat pandang kita sehari-hari: cantik pada zaman kekinian sepertinya telah mengalami penyempitan makna, coba kita lihat, definisi cantik menurut masyarakat kebanyakan selalu yang berhubungan tentang fisik, melulu tentang fisik. Cantik itu yang harus bertubuh putih, tinggi, langsing, berambut panjang dan lurus, dan yang paling menyebalkan adalah tidak boleh ada bekas luka. Jika perempuan tidak memiliki sifat diatas, maka perempuan tersebut tidak masuk dalam kriteria perempuan cantik. Malang sekali bukan? Bukannya mempersalahkan masuk pada kriteria cantik atau tidaknya, tapi yang menjadi bayang-bayang pikiran adalah apakah memang cantik itu hanya sebatas itu? Melulu tentang fisik? Lantas, siapa yang mendeklarasi definisi tersebut? Diberlakukan kapan? Huft...
Dari pernyataan diatas, menjadi sebuah hal yang menarik untuk kita analisis bersama, ada apa dibalik penyempitan makna tersebut. Kita ketahui bersama bahwa, di Negara Republik Indonesia kita ini, sudah banyak sekali investor-investor asing maupun lokal, penjajah berwajah manis ini sedikit demi sedikit masuk, melesat, menyebar menggerogoti tanah Indonesia. Salah satunya adalah alat-alat kosmetik kecantikan. Perlu diamati, disetiap iklan/promosi alat kosmetik tersebut selalu menggunakan perempuan sebagai objeknya. Lalu kenapa selalu perempuan yang: berwajah putih, berhidung mancung, bertubuh langsing sing-set, tinggi, berambut lurus dan panjang. Walaupun ada beberapa perbedaan, pasti tidak beda jauh dari hal yang disebutkan tadi sambil menunjukkan bahwa yang cantik adalah yang seperti itu (model iklan produk tersebut). Statement itu terus menerus disiarkan setiap waktu, terus ditayangkan, masuk, menyerap kedalam otak dan pikiran kita, dan pada akhirnya itu dianggap sebagai sebuah jawaban absolut, kemudian kita menyebarkan kepada penerus-penerus kita - terjadilah sebuah pemahaman bahwa cantik adalah seperti itu (yang ditayangkan oleh oknum kapital).
Tidak untuk menyinggung sebuah produk atau toko, kita lihat iklan sampho, sabun mandi, sabun wajah. Juga yang sudah membuming: shopie martin. Menyakitkan sekali, ketika seorang perempuan yang berwajah tidak putih, berjuang untuk menghindar dari sinar matahari, mengoleskan berbagai macam salep kecantikan agar dirinya menjadi cantik. Cantik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah can.tik [a] (1) elok; molek (tt wajah, muka perempuan); (2) indah dl bentuk dan buatannya: meja ini -- sekali. Tapi hal tersebut belum membuat saya puas, karena saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa cantik itu tidak sebatas tentang fisik, ada banyak hal lain yang dapat membuat kita menjadi cantik. Kita hanya terbuai, terlena, tertipu dengan kaum kapitalis. Tidak percaya? Mari kita diskusikan.
Kalau memang, cantik adalah seperti yang disebutkan tadi diatas, lalu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang di Afrika sana? Di Papua sana? Apakah mereka harus berjuang memutihkan diri mereka? Meluruskan rambut mereka? Mengkuruskan badan mereka agar dapat disebut cantik? Lalu bagaimana dengan rekan-rekan kita di Asia yang tidak berhidung mancung? Haruskah ber-ramai-ramai mengoperasikan hidungnya agar dapat terlihat cantik? Sungguh Tuhan tidak adil jika memang seperti itu.
Lalu seperti apa cantik itu? Cantik itu adalah persepsi. Cantik adalah relatif, dilihat dari berbagai sudut pandang lain selain fisik.
Sekali lagi, tulisan ini hanya tulisan ngawur, tapi jangan sampai kita menyempitkan sebuah esensi. Tertipu, diperdaya oleh hal-hal yang menyempitkan.
Asep Rizky Padhilah
Cirebon, 29 Januari 2014
Sesungguhnya si(apa) cantik itu? Semua orang memilih, memilah, berebut, mencari, mendapatkan, menjadi si 'cantik' itu. Mari kita telaah bersama menurut realita yang terlihat dalam kasat pandang kita sehari-hari: cantik pada zaman kekinian sepertinya telah mengalami penyempitan makna, coba kita lihat, definisi cantik menurut masyarakat kebanyakan selalu yang berhubungan tentang fisik, melulu tentang fisik. Cantik itu yang harus bertubuh putih, tinggi, langsing, berambut panjang dan lurus, dan yang paling menyebalkan adalah tidak boleh ada bekas luka. Jika perempuan tidak memiliki sifat diatas, maka perempuan tersebut tidak masuk dalam kriteria perempuan cantik. Malang sekali bukan? Bukannya mempersalahkan masuk pada kriteria cantik atau tidaknya, tapi yang menjadi bayang-bayang pikiran adalah apakah memang cantik itu hanya sebatas itu? Melulu tentang fisik? Lantas, siapa yang mendeklarasi definisi tersebut? Diberlakukan kapan? Huft...
Dari pernyataan diatas, menjadi sebuah hal yang menarik untuk kita analisis bersama, ada apa dibalik penyempitan makna tersebut. Kita ketahui bersama bahwa, di Negara Republik Indonesia kita ini, sudah banyak sekali investor-investor asing maupun lokal, penjajah berwajah manis ini sedikit demi sedikit masuk, melesat, menyebar menggerogoti tanah Indonesia. Salah satunya adalah alat-alat kosmetik kecantikan. Perlu diamati, disetiap iklan/promosi alat kosmetik tersebut selalu menggunakan perempuan sebagai objeknya. Lalu kenapa selalu perempuan yang: berwajah putih, berhidung mancung, bertubuh langsing sing-set, tinggi, berambut lurus dan panjang. Walaupun ada beberapa perbedaan, pasti tidak beda jauh dari hal yang disebutkan tadi sambil menunjukkan bahwa yang cantik adalah yang seperti itu (model iklan produk tersebut). Statement itu terus menerus disiarkan setiap waktu, terus ditayangkan, masuk, menyerap kedalam otak dan pikiran kita, dan pada akhirnya itu dianggap sebagai sebuah jawaban absolut, kemudian kita menyebarkan kepada penerus-penerus kita - terjadilah sebuah pemahaman bahwa cantik adalah seperti itu (yang ditayangkan oleh oknum kapital).
Tidak untuk menyinggung sebuah produk atau toko, kita lihat iklan sampho, sabun mandi, sabun wajah. Juga yang sudah membuming: shopie martin. Menyakitkan sekali, ketika seorang perempuan yang berwajah tidak putih, berjuang untuk menghindar dari sinar matahari, mengoleskan berbagai macam salep kecantikan agar dirinya menjadi cantik. Cantik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah can.tik [a] (1) elok; molek (tt wajah, muka perempuan); (2) indah dl bentuk dan buatannya: meja ini -- sekali. Tapi hal tersebut belum membuat saya puas, karena saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa cantik itu tidak sebatas tentang fisik, ada banyak hal lain yang dapat membuat kita menjadi cantik. Kita hanya terbuai, terlena, tertipu dengan kaum kapitalis. Tidak percaya? Mari kita diskusikan.
Kalau memang, cantik adalah seperti yang disebutkan tadi diatas, lalu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang di Afrika sana? Di Papua sana? Apakah mereka harus berjuang memutihkan diri mereka? Meluruskan rambut mereka? Mengkuruskan badan mereka agar dapat disebut cantik? Lalu bagaimana dengan rekan-rekan kita di Asia yang tidak berhidung mancung? Haruskah ber-ramai-ramai mengoperasikan hidungnya agar dapat terlihat cantik? Sungguh Tuhan tidak adil jika memang seperti itu.
Lalu seperti apa cantik itu? Cantik itu adalah persepsi. Cantik adalah relatif, dilihat dari berbagai sudut pandang lain selain fisik.
Sekali lagi, tulisan ini hanya tulisan ngawur, tapi jangan sampai kita menyempitkan sebuah esensi. Tertipu, diperdaya oleh hal-hal yang menyempitkan.
Asep Rizky Padhilah
Cirebon, 29 Januari 2014
Wihhhh keren nih
BalasHapus