Langsung ke konten utama

Resensi Buku Psikologi Kematian


Resensi Buku
Psikologi Kematian
Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme
Oleh: Asep Rizky Padhilah

A.    IDENTITAS BUKU
      a.       Judul buku                   : Psikologi Kematian
      b.      Penulis                         : Komaruddin Hidayat
      c.       Penerbit                       : Noura Books (PT Mizan Publika)
      d.      Cetakan                       : Maret 2012
      e.       Tebal Halaman           : 218 + 52 halaman.
      f.        Desain Sampul            : iggrafix
      g.       Dimensi (PxL)             : 13 x 21 cm
      h.      Kategori                      : Agama/Psikologi Populer
      i.        Teks bahasa                 : Indonesia.





B.     Biografi Pengarang.
Komaruddin hidayat dilahirkan di desa Pabelan, Magelang, pada Oktober 1953. Pria yang akrab dipanggil Mas Komar ini memulai pendidikan agamanya di Pondok Pesantren Pabelan, lalu melanjutkan ke Fakultas Ushuluddin IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah mendalami ilmu perbandingan agama di IAIN, dia melanjutkan studinya ke Middle East University, Ankara, Turki, Departemen Filsafat. Dia juga pernah memperoleh beasiswa post-doctorate research di McGill University, Montreal, Kanada, selama satu semester. Program yang sama juga pernah dijalaninya di Hartfotr Seminary, Connecticut, USA.
Beberapa jabatan prestisius pernah disandangnya, di antaranya yaitu : Guru Besar Filsafat Agama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2001-sekarang), Direktur Program Pascasarjana UIN Jakarta (2005-2007), Direktur Eksekutif Yayasan Paramadina (1996-2000), Dosen Pascasarjana Universitas Gajah Mada (2003). Sejak tahun 2007, dia menjabat sebagai rektor UIN Syarif Hidayatullah.
Cendikiawan yang ramah dan bersahaja ini telah menghasilkan banyak tulisan dan diterbitkan oleh berbagai media massa Indonesia. Beberapa buku pun pernah ditulisnya seperti Tragedi Raja  Midas (Paramadina, 1998), Agama Masa Depan, sebagai salah satu penulis, (Paramadina, 1995), Tuhan Begitu Dekat (Paramadina, 2000), dan Wahyu di Langit dan Wahyu di Bumi (Paramadina, 2003). Selain Psikologi Kematian, buku-bukunya yang pernah diterbitkan oleh Mizan, antara lain : Menafsirkan Kehendak Tuhan, Berdamai dengan Kematian, Psikologi Beragama, dan 250 Wisdom. Sebagian besar menjadi bestseller di Indonesia.

C.    Pandangan.
Kematian adalah suatu keniscayaan, dan semuanya pasti akan mengalaminya. Namun di dunia ini banyak berbagai macam yang mengartikannya. Ada yang mengangap bahwa kematian adalah suatu yang mengerikan dan suatu hal yang merampas semuanya, sehingga mereka akan menjalani hidup hedonistis sebelum kematikan tiba. Adapula yang menganggap kematian adalah pintu awal untuk menjadi kehidupan yang abadi, sehingga mereka hidup di dunia digunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji demi mengear kebahagiaan abadi setelah kematian. Dan ada juga yang begitu apatis terhadap kematian, berpikir kematian hanya akan membuang-buang waktu saja, sehingga mereka hanya melakukan apa yang ada dihadapannya, toh kematian pasti akan dengan sendirinya.
Komaruddin Hidayat juga memberikan perspektif yang menarik bahwa everyday is my birthday (setiap hari adalah hari ulang tahunku). Beliau menjelaskan bahwa setiap malam ketika kita tidur kita tidak berkuasa lagi untuk mengendalikan tubuh. Seakan jasad dan ruh telah terpisah untk sementara, seperti ajaran Rasulullah yaitu menghayati bahwa setiap mau tidur untuk memasuki alam kematian, kita berdo’a: Bismika allahuma ahya wa amuut, Ya Allah, dengan asma-Mu aku menjalani hidup dan dengan asma-Mu mala mini aku mau mati. Dan begitu bangun tidur, Rasulullah mengajarkan berdoa: Alhamdu lillahilladzi ahyana, ba’da ma amatana, wa ilayhinnusyur. Segala puji bagi-Mu Ya Allah, yang telah menghidpkan kembali diriku setelah kematianku, dan hanya kepada-Mu nantinya kami semua akan berpulang. Betapa indah dan dalamnya pesan doa ini, bahwa setiap pagi adalah hari kelahiran. Sebagaimana setiap malam adalah malam kematian.
Banyak orang-orang yang menganggap bahwa kematian adalah suatu hal yang mengerikan, sehingga ketika seseorang sedang mengalami sakit, tak sedikit orang yang berusaha sekuat tenaga dan biaya agar sakit yang di deritanya lekas sembuh dan agar terhindar dari kematian. Seseram itukah kematian? Dan apakah penyebab sehingga mereka sangat takut terhadap kematian? Dalam buku ini menjelaskan bahwa kebanyakan orang menghindar dari kematian bukan hanya takut akan balasan atas apa yang telah ia perbuat di dunia, tetapi lebih tidak rela untuk meninggalkan dunia (keluarga, anak, istri, kekayaan, pangkat, dan hal-hal yang bersifat material). Namun buku ini juga menjawab kegundahan seseorang terhadap perspektif kematian merupakan suatu hal yang menyeramkan. Melalui buku ini, Komaruddin Hidayat telah meruntuhkan baying-bayang kematian yang sangat amat menakutkan itu. Dia dapat membuktikan bahwa ternyata, sejatinya kematian merupakan suatu hal yang secara dan indah.

* Peresensi adalah Mahasiswa Jurusan IPS IAIN Syekh Nurjati Cirebon, aktivis Himpunan Mahasiswa Sosial (HIMASOS)  dan aktivis PMII Rayon Pelangi Tarbiyah.
Tulisan ini juga diterbitkan dibuletin bulanan KOSA KATA (kolom sahabat kalam tarbiyah) edisi Agustus 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Menggapai Impian

R esensi B uku M enggapai I mpian Oleh: Asep Rizky Padhilah A.     IDENTITAS BUKU       a.        Judul buku                  : Menggapai Impian.       b.       Penulis                         : Masriyah Amva.       c.        Penerbit                       : Kompas.       d.       Cetakan                       : September 2010.       e.        Tebal Halaman            : 288 halaman.       f.        Jenis cover                   : Soft cover.       g.       Dimensi (PxL)             : 140x210mm.       h.       Kategori                      : Islam.        i.         Teks bahasa                 : Indonesia. B.      Biografi Pengarang. HJ. MASRIYAH AMVA, lahir pada 13 Oktober 1961 di sebuah kampong pesantren di Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Semasa kecil ia dididik langsung oleh ayah-ibunya, KH. Amrin Hannan dan Hj. Fariatul’Aini yang sehari-hari menjadi pengasuh utama pesantren mereka. Kedua kakeknya, K.H. Amin dan K.H.

Pengamatan di Keraton Kacirebonan

PEMBAHASAN A.     Sejarah Keraton Kacirebonan. Keraton Kacirebonan menurut sumber catatan sejarah Keraton, didirikan oleh Pangeran Raja Kanoman pada tanggal 13 Maret 1808. Pangeran Raja Kanoman adalah seorang putera dari Sultan Kanoman ke IV yang bergelar Amirul Mu’minin Sultan Muhammad Khairuddin.   Pernikahan Pengeran Raja Kanoman dengan permaisurinya yang bernama Ratu Sultan Gusti Lasminingpuri mempunyai seorang putera yang bernama Pangeran Raja Hidayat beserta keturunannya meneruskan tradisi Keraton Kacirebonan secara turun temurun sampai sekarang. Pada tahun 2008 Keraton Kacirebonan genap berusia 200 (Dua ratus) tahun. Berdirinya Keraton Kacirebonan berawal dari perlwanan Pangeran Raja Kanoman terhadap Penjajah Belanda, sehingga beliau di buang ke Ambon dan kehilangan hak-haknya sebagai seorang putera sultan. Di buangnya Pangeran Raja Kanoman ke Ambon ternyata tidak menyurutkan api perlawanan para pengikut setianya di Cirebon, yang menuntut di pulangkannya kembali Pangeran Raja

Gadis Kerudung Putih

Gadis Kerudung Putih Oleh : Asep Rizky Padhilah Ilustrasi Baju putih garis-garis dan jilbab putih yang ia pakai selalu mengingatkanku kepadanya, begitu menawan dan anggun ^,^. Dan kerudung coklat menutupi rambutnya yang membuatku pantang tuk melupakannya ketika ia pertama kalinya menjengukku ketika ku sakit dalam kesendirian dirumah. Ia lah wanita pertama yang kuberi sebuah penghargaan terbesar dalam hidupku. :) Sungguh begitu nyaman ku didekatnya, saat itu ku duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya senyuman kecil yang ia layangkan. Senyuman itulah yang selalu ku ingat. Sungguh tiada duanya, bagaikan suatu keindahan dunia yang menakjubkan. :). Saat itu ibaratkan rasa sakit yang kurasakan telah terobati oleh seorang suster cantik yang turun dari langit ke tujuh. Apalagi ketika ku tertidur dipangkuannya. Ingin rasanya ku mengulang kejadian itu. Aku merasakan suatu percikan kecil yang aneh dalam diriku, yang membuat hatiku berdetak tidak seperti biasanya. Kuketahu