IAIN Syenji. Cirebon. Lagi, kembali terulang proses belajar mengajar yang dilakukan pada hari libur, setelah sebelumnya pada semester 1 mahasiswa angkatan 2010/2011 menggelar proses belajar mengajar dilakukan pada hari libur, sabtu dan minggu.
Hal ini membuat para mahasiswa jera, banyak sekali mereka melakukan protes, tidak jarang ketika sedang jam istirahat perbincangan tentang hal tersebut selalu dibahas, dan kali ini kembali menjadi perbincangan hangat bagi setiap mahasiswa semester 2 angkatan 2010/2011 IAIN Syenji Cirebon.
Ketika saya melakukan survey melalui sms yang ketika itu saya sedang iseng-iseng yang dikirimkan kepada teman-teman, walaupun hasilnya tidak maksimal, namun saya menemukan beberapa pendapat mereka yang membuat saya tersenyum lucu. Ketika saya menanyakan “Bagaimana pendapat Anda tentang proses belajar mengajar pada hari libur (Intensif Bahasa Arab)??”. Ada beberapa teman saya yang berpendapat seperti ini : “kurang efektif, harusnya Sabtu, Minggu tuh libur, ehhh ini mah Intensif, malu-maluin pisan sama Universitas lain” Ujar Nur Kholifah, 2ips 2. (Padahal sih apa hubungannya sama Universitas lain yaa??)hehehee… Kemudian ada juga yang berpendapat “Rada akan melelahkan, karena sebenarnya hari libur tuh buat istirahat. Ehhh malah belajar wae. Engkoe takut otake bocor jadie, hehehehe” ujar Iko Fauzi, 2ips 2. Ada juga yang berpendapat “kayaknya sih tidak efektif cz mengganggu waktu libur kita, tapi ada manfaatnya juga sih cz waktu kita tidak tebuang sia-sia”. Ujar Maulina Afiyah, 2ips 2. Dari beberapa pendapat tersebut maka timbullah sebuah kesimpulan bahwa proses belajar mengajar pada hari libur itu dapat mengurangi mood belajar kita walaupun ada manfaatnya juga, sehingga rasa semangat kita berkurang, bahkan dapat menimbulkan makruh.
Ada salah satu dosen yang berpendapat “Memang sebenarnya saya dan dosen lain kurang suka dengan proses belajar mengajar pada hari libur, tapi apa boleh buat karena PBB sudah tidak mempunyai waktu yang tepat lagi, sehingga terpaksa mengguanakan hari libur untuk belajar Intensif Bahasa Arab”. Ujar dosen Bahasa Arab.
Memang kita harus menerima resiko untuk belajar pada hari libur, karena kita telah terikat kontrak dengan mereka, kita harus sabar dan menerima kenyataan. Tapi kenapa setelah mahasiswa mau menerima untuk proses belajar mengajar pada hari libur, malah dipersulit kembali dengan beberapa persyaratan, diantaranya : harus menghafal mufroda atau kosakata sebagai persyaratan wajib yang terdiri dari 100 kosakata, dan apabila tidak hafal maka proses belajar mengajar ditunda bagi mahasiswa yang tidak mampu menghafalnya. Bahkan bagi yang belum hafal selama 4 minggu maka mahasiswa tersebut akan di anggap gugur. Sadis bukan?!!
Hal ini membuat para mahasiswa kebakaran jenggot menerima kenyataan tersebut dan bertanya-tanya “Kenapa harus ada persyratan seperti itu?”. Kemudian saya kembali melakukan survey melalui media sms mengenai persyaratan tersebut. Dan hasilnya ada beberapa mahasiswa yang pro dan kontra dengan persyaratan itu. Mari kita simak beberapa pendapat meraka :
“Menurut saya bagus, karena bias memacu mahasiswa /i untuk giat belajar dan bias memacu untuk bersaing, karena bila target belajar telah di kuasai semua maka akan lulus lebih awal”. Ujar Yuanah, 2ips 2. Kemudian Wilda berpendapat “Bagus dong pastinya, karena system itu tentu bias membantu penambahan mufrodat di memori otak kita. Akan tetapi mungkin caranya tidak terlalu terburu-buru. Dalam artian, walaupun dalam sehari kita cuma bias menghafal 1-5 mufrodat itu sudah bagus jika tiap hari berjalan seperti itu Insya Allah lama-kelamaan kita banyak menguasai mufrodat-mufrodat bahasa Arab, so jalanin aja dengan semangat dan ikhtiar.” Begitu komentar dari Wilda, 2 ips 2. Ada juga yang berpendapat “Gak asiik, karena membuat mahasiswa/i memiliki beban dengan menargetkan harus hafalan sepenuhnya yang seharusnya itu belajar setahap-dem setahap.” Ujar Mery, 1 ips 2.
Dari beberapa pendapat mereka, aku mempunyai pendapat tersendiri yang sebenarnya kontra dengan persyaratan semacam itu. Karena kita dipaksa untuk menghafal mufrodat atau kosakata yang jumlahnya begitu banyak dalam jangka waktu yang relatif singkat, sehngga membuat mahasiswa merasa tertekan dengan adanya persyaratan yang semacam itu, sudah berangkat dihari libur, ditambah dengan hafalan yang begitu banyak. Mungkin pendapat dari beberapa mahasiswa dari jurusan bahasa arabnya itu sendiri mendukung dengan hal yang demikian, tapi lihatlah mahasiswa dari jurusan ips, matematika, biologi, dll. Mereka adalah kaum mayoritas, apakah mereka mendukung dengan hal yang demikian? Kurasa tidak. Kenapa proses penghafalan tersebut tidak berjalan dengan proses pembelajaran saja??
Menurut saya harus adanya kesepakatan dari kedua belah pihak, antara mahasiswa dan PBB, agar kedua belah pihak dapat saling menguntungkan. Dan misalkan Intensif Bahasa Arab itu tidak di wajibkan, mungkin banyak yang tidak mengikutinya.
Komentar
Posting Komentar