Langsung ke konten utama

Resensi Buku Menggapai Impian


Resensi Buku
Menggapai Impian
Oleh: Asep Rizky Padhilah

A.    IDENTITAS BUKU

      a.       Judul buku                  : Menggapai Impian.
      b.      Penulis                         : Masriyah Amva.
      c.       Penerbit                       : Kompas.
      d.      Cetakan                       : September 2010.
      e.       Tebal Halaman            : 288 halaman.
      f.       Jenis cover                   : Soft cover.
      g.      Dimensi (PxL)             : 140x210mm.
      h.      Kategori                      : Islam.
       i.        Teks bahasa                 : Indonesia.





B.     Biografi Pengarang.
HJ. MASRIYAH AMVA, lahir pada 13 Oktober 1961 di sebuah kampong pesantren di Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Semasa kecil ia dididik langsung oleh ayah-ibunya, KH. Amrin Hannan dan Hj. Fariatul’Aini yang sehari-hari menjadi pengasuh utama pesantren mereka.
Kedua kakeknya, K.H. Amin dan K.H. Abdul Hannan, merupakan ulama kharismatik yang disenangi bukan hanya karena kedalaman ilmunya tetapi juga karena ketekunan dan kesabarannya membimbing para santri dan masyarakat setempat.
Setelah belajar di pesantren Al-Muayyad Solo, di bawah bimbingan KH. Umar, Masriyah belajar di pesantren Al Badi’iyah di Pati Jawa Tengah di bawh bimbingan Nyai Hj. Nafisah Sahal dan KH. Sahal Mahfudz, setahun ia mengikuti pendalaman di pesantren Dar Al-Lughah Wa Da’wah di Bangil Jawa Timur dan berguru langsung kepada Habib Hasan Baharun. Pada saat belajar di Bangil ini Ia di pinang KH. Syakur Yasin dan diajak menatap di Tunisia selama empat tahun.
Masriyah sempat melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Cirebon sampai semester dua. Setelah delapan tahun berumah tangga, Ia berpisah dengan suami pertamanya dan setahun kemudian menikah lagi dengan K.H. Muhammad, pendiri pesantren Kebon Melati, bersama suami keduanya ini Masriyah merintis pendirian Pondok Pesantren Kebon Jambu, Babakan Ciwaringin, dimana Ia sendiri banyak mendampingi santri putrinya.
Di luar tembok pesantren, Masriyah aktif di bidang pemberdayaan masyarakat, khususnya penguatan ekonomi masyarakat bawah. Sesekali ia juga berpartisipasi dlam kegiatan-kegiatan muslim – Fatayat NU, di organisasi pendampingan Perempuan Mawar Balqis, serta di pusat kajian keagamaan Fahmina Institute.
Masriyah sudah menulis tiga buku antologi puisi, Ketika Aku Gila Cinta (2007), Setumpuk Surat Cinta (2008), dan Ingin dimabuk Asmara (2009). Ia juga penulis buku laris Bangkit dari Terpuruk (2010) terbitan Penerbit Buku Kompas.

C.    Sinopsis.
Kisah seorang pe­rem­­puan yang penuh dengan goresan luka, bilur nestapa, dan kepingan hati yang berserak ini benar-benar menginspirasi dan memotivasi kita sebagai hamba un­tuk merengkuh kasih Yang Mahakuasa. Dialah tempat ber­gantung, memohon, mengeluh, mengadu, melepas rindu, dan bermanja-manja atas anugerah dan cinta-Nya.
Aku mempunyai kekurangan dan kelemahan yang begitu banyak. Aku tidak bias melakukan pekerjaan sebagai ibu, istri, dan perempuan. Aku tidak bias memasak, pemalas, sering bangun siang, keras kepala, sulit makan, pergi ke restoran, hobi belanja, jalan-jalan, pemboros, dan lain-lain.
Aku sangat prihatin menghadapi kelemahan-kelamahan itu. Aku sering frustasi menghadapi kekurangan dan kelemahan diriku. Aku pun sering bertanya pada diri sendiri, mengapa Tuhan menciptakan aku begitu lemah dan mempunyai banyak kekurangan? Mengapa tumbuh dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak terpji? Untuk apa hidupku ini, dan apakah ada artinya aku hidup?
Aku sering merenung, menyesali dari dan berfikir tentang kehidupanku dan orang-orang sekelilingku. Rasanya aku tidak seperti mereka. Aku hanyalah gudang kelemahan dan kekurangan. Padahal, aku mempunyai cita-cita yang mulia.
Kesadaran yang dalam akan kelemahan diri inilah yang menjadikanku mulai belajar ‘mendatangi’ Tuhan dalam hari-hariku. Tentu dengan sebatas doa dan pekerjaan-pekerjaan kecilku, aku mengharap kasih-Nya.
Aku berpikir, rasanya tidak ada satu orang pun yang mau memahamiku dan menerima segara kekuranganku, hanya Tuhan Mahakuat yang tidak pernah bosan mau menerima si lemah.
Aku tak mungkin menyandarkan kelemahanku kepada orang lain, sekali pun kepada orang tuaku. Mereka dengan kesal selalu menonjolkan kemalasan dan keborosanku. Aku punya kebiasaan yang sangat sulit makan, dan itu selalu membuatku pergi ke restoran untuk mempertahankan kesehatanku. Itulah yang membuatku tidak mungkin bersandar kepada orang tuaku atau suami, apalagi orang lain. Tentu, mereka akan bosan dan kesal menghadapi tuntunan hidup yang sangat mahal.
Semua itu, pada akhirnya membuatku mencari sosok yang baik, kuat, dan kaya. Dalam perjalanan yang sangat panjang, akhirnya aku menemukan sosok yang luar biasa. Dialah Allah SWT, Yang Maha Mengasihi dan Maha Mencukupi kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang selalu  kusesali. Kelemahan dan kekurangan itu ternyata berjasa dalam mengenalkanku kepada Sang Pencipta. Maka, di sanalah aku ‘bertemu’ Tuhanku.
Tidak kusangka, kelemahan-kelemahanku selama ini kukutuk dan kusesali member hikmah yang besar dan menjadi tanggaku untuk menggapai kekuatan diri dari Sang Mahakuasa.
Kini aku baru mengerti, mengapa Tuhan menciptakanku dengan sejuta kelemahan dan kekurangan. Ternyata, kelemahan yang selama ini membuat diriku untuk mengenal kasih saying-Nya dan Kekuasaan-Nya.
Karya lain dari Masriyah Amva, penulis buku laris Bangkit dari Terpuruk, yang juga diterbitkan Penerbit Buku Kompas. Insya Allah dapat membantu Anda memahami dan mengenali diri Anda dan Zat-Nya.

D.    Analisis.
1.      Bobot buku.
Kelebihan buku.
Tulisan-tulisan ini menceritakan perjalanan usaha seorang hamba yang sangat lemah dan banyak kekurangan dalam menggapai kekuatan dan kemandirian dalam hidupnya. Dan kemudian ia bangkit sehingga dapat membuat kita lebih optimis dalam menjalani hidup. Buku ini juga dapat member lebih rasa optimis kita untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Buku ini juga dapat membimbing kita ketika sedang sedih, frustasi, putus asa, dan lain-lain. Buku ini juga dapat membimbing kita untuk berdoa kepada Allah ketika kita sedang sedih. Dalam buku ini pula terdapat doa-doa yang digunakan penulis pada saat penulis bersedih sehingga kita dapat mengikuti doa tersebut. Buku ini pula terdapat puisi-puisi yang buat oleh penulis yang dapat member rasa optimis kepada pembaca.

Kekurangan buku.
Buku ini hanya menceritakan tentang pengalaman punulis saja sehingga ceritanya monoton dan dapat membosankan. Dan buku ini juga hanya menceritakan pengalaman yang sedih saja sehingga membuat pembaca merasa sedih dan ingin berbelas kasihan.


2.      Bahasa.
Bahasa yang digunakan menguunakan bahasa sehari-hari sehingga pembaca mudah mengerti isi dari buku ini. Dalam buku ini pula terdapat doa-doa yang digunakan penulis pada saat penulis bersedih. Dan terdapat pula puisi-puisi yang dibuat penulis.

3.      Manfaat.
Buku ini dapat menjadi bahan pada orang-orang yang merasa lemah dan memiliki banyak kekurangan agar tidak frustasi dalam menghadapi hidup. Dan dapat mengubah kelemahan-kelemahan menjadi sebuah kekuatan, atas izin Allah. Dalam buku ini pula terdapat doa-doa yang digunakan penulis pada saat penulis bersedih, sehingga dapat digunakan oleh pembaca ketika pembaca sedang bersedih.

4.      Layout.
Layout yang digunakan cukup menarik dan dapat menarik perhatian pembaca untuk membacanya. Selain itu layout yang digunakan cukup sederhana dan tidak terlalu norak, enak untuk dipandang karena layoutnya menarik.

E.     Kesimpulan.
Dari buku yang di buat oleh Masriyah Amva ini, saya dapat mengambil beberapa pelajaran hidup yang  penting, salah satunya kita harus benar-benar menghargai hidup, menghargai semua pemberian Tuhan, tidak pantang menyerah bila menginginkan sesuatu, dan tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita mau dan berusaha. Dalam buku ini saya dapat mengambil banyak ilmu berharga diantaranya saya dapat lebih optimis dalam menjalani hidup, karena saya merasa hidup saya ini penting untuk semuannya apalagi orang tua saya. Dari buku ini juga saya dapat belajar untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, diisini saya dapat mengambil kesimpulan, bahwa semua kehidupan manusia sudah ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan. Semua yang kita kerjakan tidak lepas dari campur tangan Tuhan.

* Peresensi adalah Mahasiswa Jurusan IPS IAIN Syekh Nurjati Cirebon, aktivis Himpunan Mahasiswa Sosial (HIMASOS)  dan aktivis PMII Rayon Pelangi Tarbiyah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengamatan di Keraton Kacirebonan

PEMBAHASAN A.     Sejarah Keraton Kacirebonan. Keraton Kacirebonan menurut sumber catatan sejarah Keraton, didirikan oleh Pangeran Raja Kanoman pada tanggal 13 Maret 1808. Pangeran Raja Kanoman adalah seorang putera dari Sultan Kanoman ke IV yang bergelar Amirul Mu’minin Sultan Muhammad Khairuddin.   Pernikahan Pengeran Raja Kanoman dengan permaisurinya yang bernama Ratu Sultan Gusti Lasminingpuri mempunyai seorang putera yang bernama Pangeran Raja Hidayat beserta keturunannya meneruskan tradisi Keraton Kacirebonan secara turun temurun sampai sekarang. Pada tahun 2008 Keraton Kacirebonan genap berusia 200 (Dua ratus) tahun. Berdirinya Keraton Kacirebonan berawal dari perlwanan Pangeran Raja Kanoman terhadap Penjajah Belanda, sehingga beliau di buang ke Ambon dan kehilangan hak-haknya sebagai seorang putera sultan. Di buangnya Pangeran Raja Kanoman ke Ambon ternyata tidak menyurutkan api perlawanan para pengikut setianya di Cirebon, yang menuntut di pulangkannya kem...

Gadis Kerudung Putih

Gadis Kerudung Putih Oleh : Asep Rizky Padhilah Ilustrasi Baju putih garis-garis dan jilbab putih yang ia pakai selalu mengingatkanku kepadanya, begitu menawan dan anggun ^,^. Dan kerudung coklat menutupi rambutnya yang membuatku pantang tuk melupakannya ketika ia pertama kalinya menjengukku ketika ku sakit dalam kesendirian dirumah. Ia lah wanita pertama yang kuberi sebuah penghargaan terbesar dalam hidupku. :) Sungguh begitu nyaman ku didekatnya, saat itu ku duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya senyuman kecil yang ia layangkan. Senyuman itulah yang selalu ku ingat. Sungguh tiada duanya, bagaikan suatu keindahan dunia yang menakjubkan. :). Saat itu ibaratkan rasa sakit yang kurasakan telah terobati oleh seorang suster cantik yang turun dari langit ke tujuh. Apalagi ketika ku tertidur dipangkuannya. Ingin rasanya ku mengulang kejadian itu. Aku merasakan suatu percikan kecil yang aneh dalam diriku, yang membuat hatiku berdetak tidak seperti biasanya. Kuketahu...